LAPORAN
KEGIATAN OBSERVASI SPESIES AMPHIBI
DI SUNGAI HUTAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
SURYADI AMBO
M11109283
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Vertebrata
pertama di darat adalah anggota kelas Amphibia. Saat ini kelas tersebut
diwakili oleh kurang lebih 4000 spesies katak, salamander, dan caecilia (makhluk tak bertungkai yang membuat
lubang untuk sarang di hutan tropis dan danau air tawar. Terdapat tiga ordo
Kelas Amphibia yang masih hidup saat ini, yaitu Urodela (berekor ± salamander),
Anura (tidak berekor ± katak, termasuk bangkong), dan Apoda (tak berkaki
± caecilian). Hanya ada sekitar 400 spesies dari ordo Urodela. Beberapa
diantaranya hanya hidup di air, tetapi yang lain hidup di darat sebagai hewan
dewasa atau bahkan sepanjang masa kehidupan. Sebagian besar
salamander yang hidup di darat berjalan dengan pembengkokan badan dari
sisi ke sisi yang mirip dengan cara berjalan tetrapoda awal (Anonimous,2011).
Amphibi merupakan hewan dengan kelembaban
kulit yang tinggi tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air maupun di
darat. Amphibi mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di air dan di darat, pada
umumnya amphibi mempunyai siklus hidup awal diperairan dan siklus kedua di
daratan. Pada masa berudu amphibi hidup di perairan. Pada pase ini berudu
bergerak dengan ekor. Pada fase dewasa hidup didarat dan bernafas dengan
paru-paru dan fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara
bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke daratan
menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama kelamaam menghilang, pada
anura tidak di temukan leher sebagai mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam
liang dan bergerak dengan cara melompat. Amphibi mempunyai kelopak mata dan
kelenjar air mata yang berkembang dengan baik. Pada mata terdapat membran
nictitans yang berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan
kondisi lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf mengalami
modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak depan menjadi lebih besar
dan hemisphaerium cerebri terbagi sempurna, pada cerebellum konvulasi hampir
tidak berkembang. Pada fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang
menghasilkan bahan pelembab/ perekat, walaupun demikian, tidak semua amphibi
melalui siklus hidup dari perairan kedaratan,misalnya anggota plethodontidae,
tetap tinggal di perairan dan tidak menjadi dewasa, selama hidup tetap dalam
fase berudu bernafas dengan insang dan berkemabang biak secara neotoni. Ada
beberapa jenis amphibi lain yang sebagian hidupnya di daratan, tetapi pada
waktu tertentu kembali keair untuk berkembang biak, tetapi ada juga yang hidup
didarat selama hidupnya pada kelompok ini tidak terdapat setadium larva dalam
air.
B. Tujuan
Kegiatan Observasi
Adapun tujuan kegiatan observasi adalah untuk
mengetahui populasi dan keaneka ragaman spesies amphibi yang terdapat pada
sungai hutan pendidikan unhas.
BAB
II
TINJAUN
PUSTAKA
A. Defenisi Amphibi
Amphibia berasal dari
kataAmphi yang artinya rangkap, dan bios yang artinya kehidupan. Dan amphibia
adalah hewan yang hidup dengan dua bentuk kehidupan,mula-mula dalam air tawar
kemudian dilanjutkan di darat. Fase kehidupan di dalam air berlangsung sebelum
alat reproduksinya masak, keadaan ini merupakan fase larva atau biasa disebut
berudu. Amphibi mempunyai ciri-ciri, tubuhnya diselubungi kulityang berlendir,
merupakan hewan berdarah dingin atau poikiloterm, amphibi mempunyai jantung
yang terdiri dari tiga ruangan, yaitu dua serambi dan satu bilik, mempunyai dua
pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat selaput renang yangterdapat di
antara jari-jari kakinya dan kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang
diair, pernafasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah dewasa alat
pernafasannya berupa paru-paru (Anonim,2011).
Pembuahan pada
kodok dilakukan di luar tubuh. Kodok jantan akan melekat di punggung betinanya
dan memeluk erat ketiak si betina dari belakang. Sambil berenang di air, kaki
belakang kodok jantan akan memijat perut kodok betina dan merangsang
pengeluaran telur. Pada saat yang bersamaan kodok jantan akan melepaskan spermanya ke air, sehingga bisa membuahi telur-telur yang
dikeluarkan si betina (Anonimous,2011).
Pada pembuahan eksternal
biasanya dibentuk ovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya
fertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal. Pada katak betina
menghasilkan ovum yang banyak, kalau kita membedah katak betina yang sedang
bertelur, kita akan menjumpai bentukan berwarna hitam yang hampir memenuhi
rongga perutnya, itu merupakan ovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnya
mencapai ribuan. Pada katak betina juga ditemukan semacam lekukan pada bagian
leher, yang berfungsi sebagai tempat ”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan
fertilisasi. Hal ini diimbangi oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus
pada kaki depannya, yaitu berupan telapak yang lebih kasar. Fungsinya untuk
memegang erat katak betina ketika terjadi fertilisasi (Iqbalali,2009).
Menurut Kimball (1992: 98) Amphibia umumnya didefinisikan
sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup didua alam yakni di
air dan di daratan. Amphibia bertelur di air atau menyimpan telurnya ditempat
yang lembab dan basah. Ketika menetas larvanya yang dinamakan berudu hidup di
air atau tempat basah tersebut dan bernafas dengan insang. Setelah beberapa
lama, berudu kemudian berubah bentuk (bermetamorfosa) menjadi hewan dewasa,
yang umumnya hidup di daratan atau di tempat-tempat yang lebih kering dan
bernapas dengan paru-paru.
Menurut Anonimus (2011) Amphibi merupakan hewan dengan
kelembaban kulit yang tinggi tidak tertutupi oleh rambut dan mampu hidup di air
maupun di darat. Amphibi mempunyai dua bentuk kehidupan yaitu di air dan di
darat, pada umumnya amphibi mempunyai siklus hidup awal diperairan dan siklus
kedua di daratan.
B. Pengelompokan Amphibi
Amphibia dikelompokan kedalam empat Ordo yaitu
Gymnophiona (Caecilians), Trachystomata (Sirens), Caudata dan Anura (Frogs and
Toads). Sementara ahli lain membagi amphibi kedalam tiga ordo meliputi
Gymnophiona (Caecilians), Caudata (Salamanders) dan Anura (Frogs and Toads)
(Muetya,2011).
1. Ordo Caecilia ( Gymnophiona)
Ordo ini mempunyai
anggota yang ciri umumnya adalah tidak mempunyai kaki sehingga disebut Apoda.
Tubuh menyerupai cacing (gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor
mereduksi. Hewan ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh
kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai fotoreseptor.
Dibagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya
sebagai organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur hidupnya.
Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan insang. Pada fase dewasa
insang mengalami reduksi, dan biasanya ditemukan di dalam tanah atau di
lingkungan akuatik (Anonimous, 2010).
Ordo Caecilia mempunyai 5
famili yaitu Rhinatrematidae, Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae,
dan Caecilidae. Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota
famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya pendek, mata
relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous. Larva berenang bebas di air
dengan tiga pasang insang yang bercabang yang segera hilang walaupun
membutuhkan waktu yang lama di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini
yang ditemukan di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. (Muetya : 2011)
2. Ordo Urodela
Urodela disebut juga
caudata. Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai anggota
gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat dibedakan antara
kepala, leher dan badan. Beberapa spesies mempunyai insang dan yang lainnya
bernafas dengan paru-paru. Pada bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan
pada beberapa jenis, mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan
fase dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak dapat lepas
dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika Utara, Asia Tengah,
Jepang dan Eropa. Urodella mempunyai 3 sub ordo yaitu Sirenidea,
Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub ordo Sirenidae hanya memiliki 1
famili yaitu Sirenidae, sedangkan sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili
yaitu Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki 7
famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade, Proteidae,
Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae (Anonimous : 2010).
3. Ordo Anura
Anura merupakan ordo yang memiliki jumlah spesies
terbesar dibandingkan Ordo lainnya. Anura mempunyai arti tidak
memiliki ekor. Seperti namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak
mempunyai ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan tungkai
berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada tungkai depan. Hal ini
mendukung pergerakannya yaitu dengan melompat. Pada beberapa famili terdapat
selaput diantara jari-jarinya. Membrana tympanum terletak di permukaan kulit
dengan ukuran yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata
dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan baik. Fertilisasi
secara eksternal dan prosesnya dilakukan di perairan yang tenang dan dangkal.
(Muetya : 2011)
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A. Alat Dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan adalah :
a.
Meteran rol,digunakan untuk mengukur panjang
transek pengamatan
b.
Kompas, digunakan untuk melihat arah transek
pengamatan
c.
GPS, digunakan untuk menentukan titik
kordinat transek
d.
Senter/Headlamp,digunakan sebagai sumber
cahaya pada saat pengamatan
e.
Kantong specimen,digunakan sebagai tempat
meyimpang sementara specimen yang telah ditangkap
f.
Jam/Arloji digunakan untuk menentukan waktu
pengamatan
g.
Alat tulis meulis digunakan untuk mencatat
data hasil pengamatan
h.
Alkohol digunakan untuk mengawetkan hasil
temuan
i. Kamera dugunakan untuk mengambil gambar
2. Bahan
Adapun bahan atau objek
pengamatan yang dilakukan iayalah spesies amphibi.
B. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan observasi yang
dilakukan adalah sebagai beriku:
Hari/Tanggal :
Kamis,18 september 2012
Waktu :
Pukul 20.00-22.30 Wita,malam hari
Tempat :
Hutan Pendidikan Universitas Hasanuddin,dekat Stasiun Lab ..Konservasi
Ekowisata Dan KSDH
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
Transek Garis ( Line Transek ). Metode line transek merupakan salah satu bentuk
metode inventarisasi yang berbasis pada distance method ( Buckland et al 2001 ).
S1 s2
To_ _ _ _ _ _ _ _ P1_ _ _ _ _ _ r1_ _ _ p2_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ p3_ _ _ _ _r3 _ _ _ _ _ _Ta
R2
S2
Keterangan :
Bentuk transek garispengamatan:
To :Titik awal
pengamat
P :Posisi
pengamatan
S :Posisi amphibi
R :Jarak antar
pengamat dengan amphibi
Ta :Titik akhir
pengamat
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Adapun
hasil observasi yang didapat adalah sebagai berikut :
Plot
|
Jarak
(m)
|
Jenis
spesies
|
Jarak
kontak
|
Jarak
pengamat
|
jumlah
|
1
|
10
|
Limnonectes
sp1
|
1,5m
|
1m
|
1
|
1
|
20
|
Limnonectes
sp1
|
1m
|
1,5m
|
1
|
1
|
25,4
|
Limnonectes
sp1
|
1,7m
|
2m
|
1
|
1
|
27
|
Limnonectes
sp1
|
2m
|
2,5m
|
1
|
1
|
27
|
Limnonectes
sp1
|
1,5m
|
1m
|
1
|
1
|
37
|
Limnonectes
sp1
|
2,5m
|
1m
|
3
|
1
|
39
|
Limnonectes
sp1
|
2,5m
|
1m
|
1
|
1
|
39,6
|
Limnonectes
sp2
|
3m
|
2,5m
|
2
|
1
|
40,7
|
Limnonectes
sp1
|
3m
|
2m
|
1
|
1
|
45
|
Limnonectes
sp1
|
1m
|
1m
|
1
|
2
|
9,8
|
Limnonectes
sp1
|
3m
|
1m
|
1
|
2
|
13
|
Limnonectes
sp2
|
3m
|
1m
|
2
|
2
|
19,6
|
Limnonectes
sp2
|
3,5m
|
1m
|
1
|
2
|
21
|
Limnonectes
sp2
|
2m
|
1m
|
1
|
2
|
27,2
|
Limnonectes
sp2
|
2,5m
|
1m
|
1
|
2
|
27,2
|
Limnonectes
sp2
|
3m
|
1m
|
5
|
2
|
35,6
|
Limnonectes
sp2
|
3m
|
1m
|
1
|
2
|
37,5
|
Polypedathes
leucmystax
|
1m
|
0,5m
|
1
|
3
|
19
|
Limnonectes
sp1
|
2m
|
1m
|
2
|
3
|
27
|
Limnonectes
sp1
|
2m
|
1,5m
|
1
|
3
|
27
|
Limnonectes
sp1
|
2m
|
1m
|
1
|
3
|
30,4
|
Polypedathes
leucaomytex
|
2m
|
1,5m
|
1
|
3
|
44,2
|
Limnonectes
sp1
|
3m
|
2m
|
1
|
Keterangan :
Dari
tempat pengamatan dibagi kedalam 3 plot,dimana setiap plot jaraknya 50m.
B. Pembahasan
Adapun
pembahasan yang akan dijelaskan ialah,bahwa dari hasil kegiatan observasi yang
dilakukan ditemukan beberapa spesies amphibi.
1. Spesies Limnonectes
Klasifikasi
ilmiah
Katak
bertaring (fanged frogs) Katak yang dikelompokkan dalam genus Limnonectes ini
disebut bertaring karena memiliki tonjolan tulang di rahang bawah. Taring yang
dimiliki jenis katakini bukan berarti gigi taring yang sebenarnya, sebab tak
memiliki akar gigi atau ciri-ciri gigi lainnya. Sulawesi baru-baru ini. Tidak
hanya satu jenis, melainkan sebanyak 13 spesies katak bertaring ditemukan di
pulau Sulawes. spesies katak bertaring (fanged frogs) yang
ditemukan di Sulawesi memiliki variasi adaptasi yang berbeda, sesuai kondisi
lingkungan dan iklim mikro masing-masing. Ada yang berdaptasi mulai dari
ekosistem yang terbasah hingga terkering juga dengan beragam vegetasi yang ada.
Bentuk adaptasi katak-katak dengan 'gigi
taring' ini diantaranya adalah spesies katak bertaring dengan kaki berselaput
tebal untuk beradaptasi dengan arus sungai yang deras. Sementara yang lain
berselaput tipis, sesuai dengan lingkungan darat. Yang unik, terdapat jenis
katak yang melakukan fertilisasi internal, meletakkan telurnya jauh dari air
dan mengawasinya.
2.
Spesies :Polypedates
leucomystax
Klasifikasi
ilmiah
Spesies: P. leucomystax
Katak-pohon bergaris adalah nama sejenis kodok
yang biasa hidup di pohon. Kodok ini juga disebut dalam beberapa bahasa daerah
sebagai cehay atau cekay (Sd.), perkak (Bms.) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris kodok ini dikenal sebagai Striped Tree
Frog, Four-lined Tree Frog, Common Tree Frog, Banana Frog
dan beberapa nama lainnya. Nama ilmiahnya adalah Polypedates leucomystax
Kodok yang agak ramping berukuran sedang.
Panjang tubuh dari moncong ke anus (SVL, snout-to-vent length) sekitar
50 mm pada kodok jantan, dan sampai dengan 80 mm pada yang betina.
Punggung (dorsal) berkulit halus,
tanpa lipatan, tonjolan atau bintil-bintil. Warna sangat berubah-ubah, coklat
muda kekuningan, keabu-abuan sampai pucat keputihan. Polos, berbintik gelap
besar dan kecil, atau bergaris-garis memanjang. Kodok ini juga dapat berubah
warna dari yang berpola agak gelap dan kontras di waktu malam, hingga pucat dan
samar-samar di waktu siang.
Terdapat suatu garis atau pita gelap
kehitaman sampai hitam antara hidung dengan mata, terus ke belakang melewati
sisi atas timpanum (gendang telinga) sampai ke bahu. Pita hitam itu dibatasi
garis tipis kuning keemasan di sebelah atasnya, terutama dari mata hingga ke bahu
di atas timpanum. Garis keemasan serupa itu terdapat pula pada sibir sempit di
sisi tangan, dari siku hingga ke sisi lateral (samping) jari-jari tangan; dan
di sisi telapak kaki hingga sisi lateral jari-jari kaki. Sisi bawah (ventral)
berbintil halus, berwarna putih sedikit keemasan.
Tangan dan paha dengan garis-garis (coreng)
miring kehitaman. Jari-jari di tangan berselaput renang setengahnya atau hampir
tak ada. Selaput renang di kaki berwarna kehitaman, mencapai ruas jari paling
ujung; kecuali pada jari keempat (yang terpanjang), hanya mencapai ruas kedua
dari ujung.
Mata besar, menonjol; iris kuning keemasan.
Bibir atas keemasan, bibir bawah kehitaman.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan observasi lapangan yang dilaksanakan
pada malam hari tanggal 13 september 2012,maka dapat disimpulkan bahwa amphibi
yang ada didaerah sekitar sungai hutan pendidikan universitas hasanuddin adalah
ordo anura,dari beberapa spesies yaitu,spesies limnonectes dan Polypedathes
leucomystax.
Dari
spesies yang ditemukan tersebut maka dapat diketahui bahwa spesies yang ada
didaerah sungai hutan pendidikan unhas adalah spesies limnonectes dan
Polypedhates leucomystax,dengan perbedaan karakteristik dan cirri khas
masing-masing spesies sehingga memudahkan kita untuk mengenalinya.
B. Saran
Adapun
saran saya pada kegiatan observasi selanjutnya hendaknya dilakukan pengamatan
dengan teliti,sehingga data yang didapatkan akurat dan sesuai dengan teori yang
ada.
DAFTAR PUSTAKA